Selasa, 20 Oktober 2020

JAWABAN ALINA BUAT LANANG

 OLEH : Yoshephine Fibula Prastyono

Tanah yang kupijak ini terasa kosong setelah kau pergi  Lanang. Gontai langkah ini menyusuri hari yang tadinya bercorak  menjadi hitam dan putih. Kemana kau Lanang, pembawa sepenggal hati.  Teriakan ini tak dapat mengalahkan gelegar guntur dan tak memecah  sperti kilatan petir.  

Jiwa ini seakan tak satu mengembara tak berarti. Seperti  kosongnya pikiran ini. Lariku tak sekuatmu Lanang menyeruak  kerumunan orang menembus awan untuk mencarimu hingga kedunia yang  berbeda. Khayal memang tapi demi kau Lanangku.  

“ Alina, susunlah ragamu kembali! Sadarlah Lanangmu tak  akan kembali!” seruan diiringi senyuman sinis. Kubalas semuanya  dengan tatapan tajam dan berbekas. “ Kau pikir Lanangmu menyimpan  penggalan hatimu. Hei!!!! Sadarlah, siapa Lanangmu itu!” Cakar  tanjamku melukai wajah dan bibirmu yang terlalu banyak bacot. Kucuran darah membuatmu melesat dan menjauh dariku. Di ujung taman  inilah kurasakan ragamu tetap ada.” Itu Alina, itu Alina, itu  Alina! Seruan itu menggetarkan kesadaranku yang berkelana aku berlari melesat seperti bayu tak berbekas. 

Kembali meringkuk di kamar lembab ini menggigil ketakutan,  bercak darah menempel ditelapak tangan ini belum tersentuh oleh  kucuran air. Detak jantung ini seakan merontakkan tulang-tulang  pelindungnya, takut dan marah ini membuat luluh air mata ini.  Karenamu Lanangku aku tak berdaya dan menjadi beringas melindungi  hati ini karena takut kehilangan pembawa sepenggal hati. Terlelap  seakan dipelukmu,hangat dibelaimu. 

“Hai pelangi hatiku, apa kabarmu?” sapaan itu  membuatku terperanjat dan spontan memeluk tubuh kekar itu. ” Tebuslah semuanya Lanangku, air mata, hati yang terkoyak dan rasa takut ini.” Aku memeluk dan terluruh di kakimu Lanangku.  “Pasti sayangku, aku akan kembali merengkuhmu, menjadi pelabuhan  hatimu dan menjadikanmu garwaku.”suaramu menyenjukkan hatiku.  Wusssss lenyap “Lanaaaaaaaaaaaang!” kembali berurai air mata ini.  Sesak dada ini ternyat mimpi seakan nyata. “Jangan lepaskan aku  walau hanya mimpi.  

Ketukan halus di pintu, segera kuhapus air mata ini dengan  kasar penuh kemarahan pada diri penuh harap ini. Suara lembut ibu  “Alina, buah hatiku. Bolehkah ibu masuk?” “Silahkan Bu.” Suaraku  menjawab dengan getar lembut. “Ini surat untukmu, Nak. Ibu  tinggal dulu ya.” Ibuku memang sungguh pengertian. Kujawabdengan  anggukkan. 

Tanganku bergetar, air mata mengalir secupuk amplop berwarna  langit biru kuterima. Perlahan jemari ini menyobek ujung amplop  tak berdaya ini diiringi oleh hembusan angin siraman cahaya sore  yang kau kirim Lanang. Sekerat hati yang kau bawa terasa perih  pedih tak tergantikan oleh suratmu. 

Jawaban ini kutiupkan untukmu wahai pengerat senjaku. Lanang  sesuai dengan namamu yang menunjukkan ketegaran, aku yakin Lanang  engkaulah yang dapat melindungiku dalam keadaan apapun. Menjadi  garwamu seperti mimpiku tentangmu akan kujalani dengan bahagia.  Kuterima keratan senjamu dengan senyuman dan sedikit tetesan air  mata yang mulai kering karena menerima semua goresan. Semua  perjuanganmu, derita lukamu untukku membuatku tetap menjaga  penggalan hati untukmu. Lanang kutunggu kau diujung senja dihembus  sepoi angin dengan sunggingan senyum di bibir. Terima peluk dan  ciumku lanang, lewat angin dan debu yang menempel. Cintaku untukmu  slalu Lanang.

Akan kutata hati ini Lanang. Serpihan hati tersusun menanti  datangnya Lanang. Mungkin serpihan hati yang tertata berlubang  karena lenyap tertiup angin atau tertumpuk debu-debu.  

Pojok kamar  

19 Oktober 2020

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEBAGIAN CONTOH LINK PORTOFOLIO DIGITAL HASIL KARYA PARA MURID

Dengan kolaborasi antara para guru dan murid, akhirnya proses pembuatan portofolio digital oleh para murid dapat terlaksana. Untuk melihat s...