Selasa, 15 September 2020

PENIPU YANG KEEMPAT

CERPEB OLEH : AHMAD TOHARI

Dia adalah penipu ketiga yang datang kepadaku hari ini. Dengan menampilkan kesan orang lapar dan lelah dia, seorang lelaki yang baru ku kenal, minta uang padaku. Katanya, ia harus segera pulang ke Cikokol karena anaknya sedang sakit disana. Tetapi katanya, ia tak bisa berangkat kecuali aku mau bermurah hati memberinya ongkos perjalanan.

Tak pedulia adakah desa bernama Cikokol, tak peduli apakah benar anak lelaki itu sedang sakit disana, bahkan tak peduli apakah aku akan menjadi orang berhati murah, permintaan ongkos .jalan itu kukabulkan. seribu rupiah segera berpindah dari tanganku ke tangan laki-laki itu.

Sebagai imbalan aku menerima sekian banyak pujian dan doa-doa keberkahan. Setelah membungkuk dalam-dalam laki-laki itu keluar halaman dan pergi ke arah terminal.
Tadi pagi seorang perempuan mengetuk pintu rumahku. Ia memperlihatkan kesan seorang perempuan saleh dan datang padaku minta sumbangan. Katanya, ia diutus oleh sebuah yayasan pemeliharaan anak-anak yatim piatu di Banyuwangi. Ia tunjukkan surat-surat berstempel sebagai bukti jatidirinya. Dan akhirnya ia berkata bahwa yayasan yang mengutusnya sangat memerlukan bantuan dana. Tanpa bantuan semacam itu katanya, anak-anak yatim piatu disana akan bertambah sengsara.

Tak peduli benar-tidaknya cerita perempuan itu, tak peduli palsu-tidaknya surat-surat yang dibawahnya, permintaanya akan dana kupenuhi. Seribu rupiah kuserahkan kepadanya dan aku pun mendapat penghargaan berupa kata-kata pujian dan doa.

Kulihat mata perempuan itu berseri-seri.Mungkin ia merasa senang karena disangkanya aku tak tahu betapa mudah membuat stempel palsu dan betapa jauh kota banyuwangi dari rumahku. atau ia mengira aku seorang yang menjalankan perintah agama dengan baik karena tidak buruk sangka kepada orang yang baru kukenal.

Tak lama sesudah perempuan itu pergi. datanglah tamu lain. Kali ini seorang lelaki yang memberi kesan amat lugu. Dia membawa bungkusan agak panjang berisi lap bulu ayam serta empat pisau dapur. kata lelaki itu, barang-barang yang dibawanya adalah buatan anak-anak penyandang cacat dikota solo. Dia menawarkan barang-barang itu kepadaku dengan harga,kukira,tiga kali lipat harga yang sewajarnya.

Yah,Pak.Apalah arti harga yang saya tawarkan bila mengingat nasib anak-anak cacat itu.
Sampean betul. kalau dihitung harga keseluruhan barang yang sampean bawa hanya dua belas ribu. Uang sebanyak itu bukan hanya sedikit bagiku dan bagi para anak cacat itu. melainkan juga akan menyulitkan sampean Tidak mudah bagi sampean menjaga uang itu tetap utuh sampai kesolo yang jaraknya 300 kilometer dari sini

Memang tidak akan utuh sampai ke Solo, sebab saya berhak menggunakannya sebanyak 25 persen untuk transpor dan uang makan.
Demikian pun sampean masih sulit. Biaya pulang pergi dari sini Solo dengan kendaraan apa saja minimal akan menghabiskan uang sembilan ribu rupiah. Bila sampean harus makan tiga kali saja, sampean harus mengeluarkan lagi uang minimal seribu lima ratus. Sungguh, sampean tetap dalam kesulitan karena sampean tak mungkin bemberikan uang hanya seribu lima ratus ke pada anak-anak cacat itu.

Kulihat laki-laki itu jadi bingung.Tangannya bergerak tak menentu. Mungkin dia ingin berkata sesuatu, Tetapi lama kutunggu tak sepatah kata pun terucap.

Apabila sampean bingung, Aku akan membantu mengatasinya.Aku akan bayar dua belas ribu untuk semua barang yang sampean bawa ini. Kemudian pergilah ke pasar dan sampean bisa mendapat barang-barang sejenis dan sejumlah ini hanya dengan empat ribu rupiah. Sampean masih punya untung delapan ribu rupiah dan modal sampean tak sedikit pun berkurang. Gampang sekali, bukan.?

Laki-laki itu membeku dan kelihatan tersiksa. Padahal sungguh aku tak bermaksud menyakitinya.

Sampean bisa terus berjualan pisau dapur dan lap bulu ayam atas nama anak-anak cacat di Solo itu selama bisa sampean suka. Apaibila dalam perantauan ini sampean bisa melakukan sepuluh kali saja transaksi seperti ini, maka keuntungan sampean mencapai delapan puluh ribu. Dengan membawa uang sebanyak itu sampean bisa pulang kesolo untuk menggembirakan anak-anak cacat itu.

Tak peduli akan tamuku yang makin bingung itu, kukeluarkan uang dua belas ribu rupiah, mula-mula tamuku kelihatan ragu, namun kemudian diterima nya juga uang itu. Empat pisau dapur dan dua lap bulu ayam jadi miliku.

Selesai memasukkan uangnya ke dalam saku, tamuku pamit. Kukira dia sangat canggung dan serba salah tingkah . Kata-katanya pun terbata. Namun aku melepaskannya dengan kelayakan karena aku tak punya beban pikiran. Sebaliknya aku percaya, laki-laki itu masih bingung memikirkan sikapku padanya.

Mungkin laki-laki itu menertawakan diriku karena aku mengajarinya cara menipu yang sudah lama menjadi modal operasinya. Tanpa kuajari pun dia akan melakukan apa yang kukatakan padanya.

Tetapi mungkin juga dia percaya bahwa sikapku tulus karena pada galibnya dua belas ribu rupiah tidak akan mudah keluar dari orang yang tak memiliki penghayatan tinggi terhadap maksud baik orang lain.

Kemungkinan ketiga, Laki-laki itu menganggap aku demikian naif karena aku tidak memperlihatkan sikap curiga kepadanya. Oh, andaikan laki-laki itu tahu bahwa tak satupun perkiraannya benar-benar tepat.

Dan mengapa orang tidak suka mencoba menikmati keindahan seni penipuan. Perempuan yang mengaku utusan yayasan yatim piatu di banyuwangi itu. Kalau bukan orang yang benar-benar berbakat dia takkan berhasil Acting sebagai tokoh yang dilakonkannya. Kalau bukan benar orang yang benar-benar teguh, dia tidak akan berani untung-untungan minta dana kepadaku. Sebab dengan membuka kedoknya. Jadi perempuan itu telah menyajikan bakat, keteguhan dan keberanian menghadapi kemungkinan dipermalukan. Ketiganya diartikulasikan dengan baik sehingga menjadi sajian artistik yang bisa kunikmati.

 

Hari ini ketika waktu lohor belum lagi tiba, aku sudah berhadapan dengan tiga penipu. Mereka aktor-aktor yang baik dan aku menyukai mereka. Ingin rasanya kau lebih lama berhadapan-hadapan dengan mereka.

Sayang, perempuan yang mengaku dari Banyuwangi itu kira-kira sudah empat jam berlalu. Lelaki yang mengaku menjualkan barang buatan penyandang cacat dari solo juga berangkat tak lama kemudian. Tetapi lelaki dari cikokol itu? Dia belum lama berlalu dan aku yakin dapat menemukannya kembali di kota kecamatan ini.

Aku mengganti kaus oblong yng kupakai dengan baju lengan panjang, kain sarung dengan pantalon. Topi pun kusambar dari cantelannya. Kemudian aku bersicepat, bukan ke arah terminal melainkan ke arah pasar.

Lelaki itu dari Cikokol itu saya jamin disekitar pasar, bukan diterminal. Lihatlah dia sedang bercakap-cakap dengan seorang. Melihat gerak gerik dan gayannya berbicara, kuyakini ia sedang mengulangi tipuannya. Tetapi kulihat calon korbannya menghindar.

Seperti ular kehilangan mangsa yang sudah dililitnya laki-laki dari Cikokol itu termangu sendiri. Namun matanya yang licik dan awas mengalihkan pandangan kepadaku. Oh, ternyata orang memang mudah tertipu.

Lihatlah, lelaki Cikokol itu pangling hanya karena aku berganti pakaian. Dia mendekatiku dan aku siap menikmati tipuannya yang kedua. Dari jarak beberapa langkah kulihat dia menunduk dan mimik wajahnya mendadak berubah. Bukan main, dia kelihatan seperti orang amat bingung.

Pak,maaf saya mengganggu.Saya baru kena musibah; uang saya dicopet orang.Padahal saya harus membeli obat untuk istri saya yang baru melahirkan.

Mendadak lelaki Cikokol itu menghentikan kata-katanya. Kedua matanya terbuka lebar dan wajahnya tegang. Dan kegugupannya gagal disembunyikan ketika lelaki Cikokol itu mengenali kembali diriku. Tetapi dia seniman pantomim yang baik. Kunikmati dengan seksama ketegangan di wajahnya yang perlahan-lahan mencair. Kini kesan malu terlihat disana. Hanya sepintas, sebab lelaki cikokol itu akhirnya malah tersenyum. Aku pun membalasnya dengan Senyum.

Eh, Bapak, saya kira siapa,katanya sambil menyengir. Aku pun ikut nyengir. Dia tersipu-sipu dan kelihatan salah tingkah, padahal aku tetap ramah padanya.

Maaf Pak, saya telah menipu bapak dan mencoba akan mengulanginya,Katanya agak Gemetar.

Tenang. Tenanglah orang Cikokol; sejak semula aku sadar dan mengerti sampean menipuku.

Bapak minta uang Bapak kembali?

Hus! Yang kuminta adalah kelanjutan cerita tentang uang yang dicopet orang dan tentang istri sampean yang baru melahirkan.

Ya, hanya orang tolol akan percaya cerita seperti itu. Tetapi aku ingin mendengarnya dan aku tidak main-main.

Ah, bapak. Daripada mendengarkan Cerita yang bukan-bukan,Lebih baik bapak kuberitahu alasan mengapa aku terpaksa jadi penipu.

usul sampean baik juga. Tetapi bolehkan saya minta jaminan bahwa Cerita sampean nanti bukan omong kosong?

Demi Tuhan, saya akan bercerita sebenar-benarnya.

Diawali dengan sumpah,wong Cikokol itu memulai cerita yang sangat terasa sebagai pembelaan dirinya. Dan sumpah itu membuat apa yang dikatakannya menjadi sebuah tipuan yang bermutu tinggi.

Agar aku bisa lebih lama menikmati sajian istimewa itu aku harus bisa mengendalikan perasaan sebaik mungkin. Dan aku berhasil. Sampai lelaki Cikokol itu selesai mengemukakan segala dalih mengapa dia terpaksa jadi penipu. Aku tetap bersikap sungguh-sungguh mendengarkannya, bahkan menikmatinya. Lelaki cikokol itu pun kelihatan demikian yakin bahwa dirinya berhasil menipuku buat kali yang kedua. Dengan demikian dia boleh merasa menjadi penipu yang paling unggul.

Namun apa jadinya bila orang Cikokol itu tahu bahwa ada penipu lain yang jauh lebih pandai, yakni dia yang hari ini memberi uang empat belas ribu kepada tiga penipu teri. Dengan empat belas ribu itu dia berharap tuhan bisa tertipu lalu memberkahi uangnnya, tak peduli dengan cara apa uang itu didapat. Dan aku yakin, hanya seorang penipu sejati bisa sangat menyadari akan kepenipuannya.

Sumber Kompas,Minggu, 27-01-1991. 

Kamis, 10 September 2020

SUKA DUKA MEMELIHARA IKAN HIAS

NAMA    : Arjuna Nikko Syahputra

Memelihara ikan tidak semudah yang di bayangkan. Dulu saya tidak suka dengan ikan karena pemeliharaannya yang  menurut saya rumit, Tetapi semenjak Covid-19 saya mulai suka untuk memelihara ikan untuk mengatasi rasa bosan. Pada awalnya saya membeli beberapa ikan dan berbagai peralatan seperti aquarium, aerator, filter, dan lampu di pasar ikan. Tetapi semenjak saya pertama membeli ikan, Saya terus ketagihan sehingga hampir setiap minggu saya membeli ikan hingga aquarium saya terlihat sangat padat.

 Selang beberapa waktu saya membeli beberapa ikan baru lagi dan langsung saya masukkan aquarium begitu saja tanpa mengetahui ikan itu sehat atau tidak. Dua minggu kemudian ikan saya terlihat lemas, nafsu makan berkurang, dan ada beberapa bercak putih di bagian tubuhnya. Saya kira itu hanya masalah sters ikan saja dan saya anggap biasa, satu minggu berikuynya saya mulai curiga karena keadaan tersebut tambah lama semakin parah. Akhirnya saya mulai berinisiatif untuk mencari informasi tentang bagai mana memelihara ikan yang benar, penyakit penyakit pada ikan, obat apa saja yang bisa untuk menyembuhkan, dan jenis ikan apa saja yang daya tahan tubuhnya lemah sehingga mudah stres dan terkena bakteri penyakit.

Keesokan harinya saya mulai pergi ke pasar ikan untuk menambah informasi dan menceritakan kira- kira apa yang menyebabkan ikan saya sakit. Tetapi ketika saya menceritakan tentang apa yang diderita ikan saya, Ternyata penjual itu berkata ikan saya terkena bakteri jamur sehingga tubuhnya menjadi bercak bercak putih dan perlu obat obatan khusu. Tanpa pikir panjang saya langsung membeli obat rekomendasi penjual ikan tersebut. Seketika itu saya langsung bergegas untuk pulang dan langsung memisahkan mana ikan yang sehat dan mana yang sakit untuk mencegah ikan yang sehat tertular.

Saya berinisiatif mengumpulkan ikan yang sakit ke ember dan bergegas untuk memberi obat ikan tersebut. Keesokan harinya saya kaget dan merasa putus asa karena ikan yang saya obati tersebut tidak terselamatkan dan tanpa saya sadari saya lupa menanyakan dosis obat ikan tersebut kepada pedagang ikannya sehingga ikan saya hampir 80% mati karena kesalahan saya pribadi. Saya tidak menyerah begitu saja dan tetap membeli ikan kembali walaupun masih trauma dengan kejadian tersebut, Tetapi kejadian tersebut saya jadikan pengalaman dan puji syukur ikan yang baru saya beli tetap sehat dan aktif hingga saat ini. Pelajaran yang dapat diambil adalah kita tidak boleh putus asa dalam melakukan sesuatu dan jadikanlah kegagalan sebagai pengalaman.

Fokus itu Penting

Nama : William Hans Chandra

Kelas : 9A/6329

Kisah inspiratif hari ini dating dari siswa yang bernama William.Ia adalah murid dari SMP TNH.Hobinya adalah makan dan menonton film/video.Dia sangat menyukai hal-hal yang berbau teknologi dan elektro.Selain itu,Ia adalah siswa yang cukup berprestasi di bidang matematika.Dia membenci anak yang alay.

Sejak kecil,Ia sangat menyukai menonton film dan makan.Ia sangat sering makan sambil menonton televisi.Ia juga sangat senang berkeliling dan liburan sambil mencoba kulier-kuliner di tiap-tiap kota.

Suatu hari sepulang sekolah,dia mengambil makan di dapur.Lalu,dia membawa makanannya ke dalam kamar.Ia membuka laptopnya dan melanjutkan menonton video yang dia putar tadi malam.Video tersebut adalah video fail army.Dia melajutkan menontonnya sambil memakan makanannya.Saat ada adegan lucu,Ia tertawa terbahak-bahak.Namun,Ia tersedak karena masih ada makanan di dalam mulutnya.

Sejak saat itu,ia belajar bahwa jangan menonton film saat sedang makan.Selain itu,kita juga harus fokus dalam melakukan sesuatu.Jika kita tidak focus,mungkin saja kejadian buruk akan terjadi.

Rabu, 09 September 2020

Kerak Masih Bisa Dihilangkan

 nama : Yohana Oktavian Wijaya 9A/6332

 Teks cerita inspiratif


Athanasya Rosane Medeia Park , biasa dipanggil dengan Medeia adalah remaja perempuan yang lahir pada 27 Oktober 2005. Hobi remaja ini adalah makan dan rebahan. Medeia tidak suka melihat orang yang kurang ajar dan suka cari perhatian. Kalau melihat sesuatu yang tidak adil remaja ini sangat membenci hal itu, bahkan ia kerap kali membayangkan ingin menyiksa para oknum yang melakukan ketidak adilan tersebut (meski tidak akan pernah berani melakukan apa yang ada diimajinasinya karena ia bukan psikopat). 

Saat kelas 1 SD, Medeia adalah anak yang malas. Beruntungnya, ia memiliki seorang ibu yang begitu keras dan peduli padanya sehingga ia bisa tetap belajar meski dia tidak menginginkannya. Karena tekanan dari ibunya, ia mau tak mau harus belajar  dan menghafalkan semua pelajarannya, meski ia tidak paham. Oleh karena itu, ia sering melupakan apa yang telah dipelajarinya. Tibalah saat ulangan tiba, ini adalah ulangan pertama baginya, saat ini dia mengerjakannya dengan jujur tanpa menyontek karena dia belum tahu bagaimana cara menyontek dan apa itu menyontek. Masuk ke ulangan selanjutnya, ia sudah mulai mengetahui apa itu menyontek dan bagaimana caranya karena sudah mendapat pengalaman dari teman temannya yang menyontek di ulangan pertama. 

Hal ini ternyata terus berlanjut karena Medeia juga mendapat teman sebangku dan teman dibelakangnya yang bisa diajak kerja sama untuk menyontek. Tidak tahu mengapa, meski sudah belajar dengan ibunya tiap malam ia selalu melupakan apa yang dipelajarinya saat ulangan. Tapi pada akhirnya dia sadar bahwa alasan mengapa dia bisa melupakan apa yang telah ia pelajarinya semalam itu karena ia tidak terlalu mengingatnya karena ia sudah berpikir bahwa "santai saja, nanti juga pasti ada anak lain yang bisa." 

Kini Medeia sudah naik kelas 2,3 dan di saat saat tersebut ia tetap masih suka menyontek dan tidak bisa menghilangkan kerak menyontek itu dalam dirinya. Nilainya juga kian memburuk. Baginya sekolah hanyalah tempat untuk bermain dan mencari teman pada saat itu. Tingkat kemalasannya sudah parah seperti siput. Apalagi di kelas 3 ini dia sudah jarang belajar bersama ibunya. 

Masuk ke kelas 4, disini Medeia sudah benar benar ingin belajar sendiri, tidak ingin di tebak-tebak i oleh ibunya karena ia sudah merasa cukup dewasa (padahal ya belum). Ternyata tingkat kemalasannya masih sama saja, tapi untunglah di kelas 4 ini keraknya, yaitu menyontek sudah mulai jarang dilakukannya. Nilainya juga lumayan dibanding kelas 3 dahulu.

Akhirnya semua kerak Medeia yang berupa menyontek dan kemalasan mulai pudar. Hal ini karena pada saat itu ada acara ibadah di rumah gembalanya. Ia, ibunya, gembalanya dan teman gembala gerejanya melakukan ibadah kepada yang Maha Kuasa. Disini Medeia seperti sadar akan segala kerak yang ada dalam dirinya. Ia mulai bertobat dari menyonteknya dan mulai memahami apa arti seseungguhnya dari sekolah dan belajar. Tapi di kelas 4 ini nilainya masih biasa biasa saja karena maklum, anak yang biasanya menyontek tapi tidak menyontek ya nilainya biasa karena ini baru awal mula hidup barunya. 

Tibalah kelas 5 SD, disini Medeia sudah mulai lebih menggebu gebu lagi dalam hal belajar. Hingga ia mendapat peringkat 2 di kelasnya. Sungguh ini sangat membuatnya kaget dan tidak percaya karena kelas 1-4 dia tidak pernah mendapat peringkat 5 besar. Tentu dia bangga karena ini adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Disini ia sangat bersyukur karena Tuhan mendukungnya untuk berbuat baik dan benar. Dikelas-kelas selanjutnya ia juga sudah tidak menyontek dan menjadi anak yang rajin (meski tidak terlalu tapi ini sudah merupakan hal luar biasa baginya). Nilainya juga baik-baik meski ada beberapa yang dibawah KKM. Ia sangat bersyukur akan hal ini.

Seperti kerak di pipa air yang bisa hilang, begitu juga sikap buruk dari sesorang. Jangan pernah takut untuk gagal jika sudah terjerumus dalam suatu hal buruk namun kau ingin pergi meninggalkannya. Percayalah yang Maha Kuasa tau lebih baik tentang dirimu. Ia akan membukakan segala jalan untuk menghilangkan kerak dalam dirimu. Itu adalah pesan dari Medeia.



SEBAGIAN CONTOH LINK PORTOFOLIO DIGITAL HASIL KARYA PARA MURID

Dengan kolaborasi antara para guru dan murid, akhirnya proses pembuatan portofolio digital oleh para murid dapat terlaksana. Untuk melihat s...